Sabtu, 04 Agustus 2012

CONTOH PTK PENDIDIKAN TEKKNIK ELEKTRO

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (MHP) KELAS X TITL DI SMK N 1 TILATANG KAMANG


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Praktek Lapangan Kependidikan FT UNP
Semester juli – Desember 2011














OLEH:
HARIA PRATAMA
02693 / 2008







PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011





HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
SEMESTER JULI – DESEMBER 2011


PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (MHP) KELAS X TITL DI SMK N 1 TILATANG KAMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Praktek Lapangan Kependidikan FT UNP
Semester JuliDesember 2011



Mengetahui,

Wakil Kurikulum                                                             Guru Pamong





Amri,S.pd                                                                 Drs,Joko Dwiyanto
NIP. 19700121 2000121 001                                                NIP. 19671212 1995121 003





Menyetujui,
Kepala Sekolah SMK 1 Tilatang Kamang






Drs.M.Hidayat
NIP. 1960515 198503 1 012
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
SEMESTER JULI – DESEMBER 2011





Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Praktek Lapangan Kependidikan FT UNP
Semester JuliDesember 2011



















Mengesahkan,
Dosen Pembimbing




Dr.Ridwan,M.Sc.Ed
NIP.19520116 197903 1 002






 
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan yang tulus, penulis sampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga atas pertolongan dan tuntunan-Nya, Laporan Studi Kasus ini dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu di limpahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, nabi besar Muhammad SAW, karena dengan kegigihan dan keuletan beliaulah kita terus dapat merasakan perubahan yang signifikan dari kondisi tatanan sosial yang morat-marit (jahiliyah) kearah yang lebih berilmu pengetahuan dengan peradaban yang saling menghargai dan menghormati satu-sama lainnya.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Studi Kasus ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan penyelesaian Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) pada mata kuliah Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) di Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Semester Juli-Desember 2011 di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.
Selama mengikuti kegiatan Praktek Lapangan Kependidikan ini penulis mendapatkan banyak manfaat, selain menambah pengalaman dan pergaulan di lingkungan sekolah pada khususnya dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Manfaat yang paling jelas penulis rasakan yaitu penulis mengetahui dan memahami segala aktifitas yang dilakukan di sekolah.
Dalam penulisan Laporan Studi Kasus ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan Laporan Studi Kasus ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1.        Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi penulis.
2.        Bapak  Prof. Ir. Jamaris Jamna, M. Pd selaku Kepala UPT-PPL Univeritas Negeri Padang.
3.        Bapak Drs. Ganefri, M. Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
4.        Bapak Drs. Aswardi, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
5.        Bapak Drs.M.Hidayat selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.
6.        Bapak Amri,S.pd selaku Koordinator PPLK serta Waka.Kurikulum di SMK N 1 Tilatang Kamang.
7.        Bapak Dr.Ridwan,M.Sc.Ed selaku Dosen Pembimbing PLK dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
8.        Bapak Drs.Joko Dwiyanto  selaku Guru Pamong di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.
9.        Majelis Guru, karyawan, dan Karyawati SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.
10.    Rekan-rekan mahasiswa/i dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi ide yang termuat di dalamnya. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritiknya demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini dimasa yang akan datang. Semoga  Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.


Tilatang Kamang,     Desember 2011





Haria Pratama
NIM / BP. 02693 / 2008













DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................       
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................       
KATA PENGANTAR ...............................................................................     iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................     vi
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar belakang..............................................................................      1
B.  Identifikasi Masalah.....................................................................     3
C. Batasan Masalah............................................................................      3
D. Rumusan Masalah.........................................................................      4
E. Tujuan Penelitian...........................................................................      4
F. Manfaat Penelitian.........................................................................     4

BAB II KERANGKA TEORITIS
A.  Kajian Teori..................................................................................      5
B.  Kerangka Konseptual...................................................................   14
C.  Hipotesis Penelitian Tindakan......................................................    15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN
A. Metode Penelitian.........................................................................    16
B. Populasi dan Sampel......................................................................   19
C. Jenis dan Sumber Penelitian..........................................................    19
D. Instrumen Penelitian......................................................................    20
E. Teknik Pengolahan Data................................................................    20
F. Indikator Keberhasilan...................................................................   21

BAB IV ANALISIS DATA
A. Hasil Penelitian..............................................................................    22
B. Siklus Penelitian............................................................................    24
C.  Pembahasan..................................................................................    29


BAB IV PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................    33
B. Saran .............................................................................................    33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah.
Peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan sumber daya manusia (human resources) yang didukung oleh sumber daya material (material resources) seperti sarana dan prasarana pendidikan. Di antara komponen yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia adalah guru. Oleh karena itu rendahnya mutu pendidikan nasional saat ini sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan peranan dan fungsi guru di sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tilaar (1994) bahwa “tanpa mengabaikan faktor lain, maka guru dianggap sebagai faktor tunggal yang menentukan terhadap meningkatnya mutu pendidikan”. Selanjutnya Sahertian (1994) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan sumber daya manusia melalui proses pendidikan, guru mempunyai peranan penting. Kepentingannya tidak hanya melihat proses belajar mengajar sebagai proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga dilihat sebagai proses pengembangan sumber daya manusia. Selanjutnya Nugroho (1996) mengemukakan bahwa “peningkatan mutu pendidikan terkait erat dengan tugas guru di dalam kelas, karena hal itu baru dapat dicapai jika didukung oleh peningkatan kinerja guru dalam melakukan tugas” Hal ini berarti bahwa kinerja guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu parameter kualitas pendidikan.
Dalam peranannya sebagai fasilitator pada proses pembelajaran, maka guru diharapkan dapat mengembangkan potensi anak didik guna memudahkan pencapaian aktualisasi diri mereka. Untuk itu guru hendaklah mampu merancang dan menerapkan suatu metode yang efektif, sehingga dapat melibatkan siswa secara total, baik fisik maupun emosional dalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi Guru-PL pada standar kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP) di SMK N.1 Tilatang Kamang, kelas X TITL ditemukan indikasi yang menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat kurang perhatian terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu ada kecendrungan kurang menariknya kegiatan pembelajaran, hal ini tentu saja mengakibatkan suasana pembelajaran menjadi monoton dan tidak menyenangkan.
Melalui diskusi yang peneliti lakukan dengan Guru Pamong dan Guru lainnya, diduga bahwa rendahnya hasil belajar siswa terhadap standar kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP) disebabkan oleh kesalahan guru dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan, serta minimnya fasilitas pratikum di WorkShop. Metode ceramah merupakan metode yang paling sering diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan lebih seringnya guru menerapkan metode ceramah maka akan lebih menempatkan siswa sebagai objek pengajaran saja, sehingga interaksi antara guru dengan siswa tidaklah antara subjek dengan subjek, melainkan antara subjek dengan objek. Dominasi guru dalam proses pembelajaran akan menimbulkan akibat berupa kurangnya keaktifan atau partisipasi siswa. hal ini akan menimbulkan kebosanan pada siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak menarik.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menemukan metode yang tepat sebagai solusi untuk memecahkan persoalan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Peningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP) Kelas X TITL di SMK N 1 TILATANG KAMANG”.

B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasikan masalah - masalah sebagai berikut:
1.         Rendahnya hasil belajar siswa pada standar kompetensi Menggunakan Hasil pengukuran
2.         Siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran
3.         Siswa sering tidak memperhatikan pelajaran

C.      Batasan Masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan lebih terarahnya penelitian ini dengan hasil yang optimal, maka topik permasalahan utama dibatasi pada peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi.


D.      Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang dibahas dari penelitian ini yaitu :
Ø Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TITL pada standar kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran di SMK N 1 Tilatang Kamang?

E.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi.

F.     Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis antara lain:
1.         Membantu proses belajar mengajar dikelas yang akhirnya dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa secara umum.
2.         Sebagai bahan masukan untuk para pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan.






 

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A.      KAJIAN TEORI.
1.         Metode Demonstrasi
a.         Pengertian Metode Pembelajaran.
Menurut Sujana (2002), “metode belajar adalah cara yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didik dalam kelas”.  Selanjutnya Sujana (2002), membagi jenis-jenis metode mengajar meliputi:
1)        Metode ceramah 
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi malalui penerangan dan penuturan lisan dari guru pada peserta didik. Dalam pelaksanaanya metode ceramah guru hanya menjelaskan uraian materi yang akan menjadi bahasan dari mata pelajaran yang akan diajarkan.
2)        Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab atau sebaliknya sehingga akan tercipta sebuah iklim yang berlandaskan pada saling membantu dan mengisi antara siswa dan guru. 

3)        Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah petunjuk pada proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku, yang dicontohkan agar dapat diketahui atau dipahami oleh peserta didik secara nyata. Dalam metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.
4)        Metode kerja kelompok
Istilah metode kelompok dipakai untuk merangkum pengertian dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran tertentu dengan gotong royong
5)        Metode latihan
Model latihan atau training merupakan satu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dari apa yang telah dipelajari.   
Metode pembelajaran ini akan membawa siswa dalam menentukan sikap dan tingkah laku dalam melakukan pembelajaran siswa akan lebih mendukung dalam upaya menciptakan kreaktifitas yang lebih dinamis dan bersinergi.

b.        Metode Demonstrasi
1)        Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi/peragaan sebagai metode mengajar merupakan cara mengajar yang mana guru atau ahli memperlihatkan kepada seluruh siswa suatu benda asli, benda tiruan, atau suatu proses. Ini juga berarti bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang harus didemonstrasikan.
Dengan metode demonstrasi, siswa dapat mengamati dengan seksama apa yang terjadi, bagaimana proses, bahan apa saja yang diperlukan, serta bagaimana hasilnya. Namun metode ini menjadi kurang bermakna apabila sesuatu yang didemonstrasikan terlalu kecil sehingga susah untuk diamati. Apalagi jika penjelasan yang diberikan kurang lengkap dan tidak jelas. Dalam menggunakan metode ini sebaiknya dilakukan pada tempat dan situasi yang sesungguhnya, serta disertai dengan keberanian siswa untuk mencoba.
 Sebagai contoh, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.

2)        Langkah-langkah Penggunaan Metode Demonstrasi
Adapun langkah yang perlu dioerhatikan terkait dengan penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
a)        Merumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan.
b)        Tentukan peralatan yang digunakan, kemudian dicoba dahulu agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan.
c)        Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan sebelum demonstrasi dilakukan perlu diadakan percobaan terlabih dahulu.
d)       Menentukan lama pelaksanaan demonstrasi.
e)        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi.
f)         Meminta kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
g)        Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.




3)        Prasyarat Metode demontrasi
 Agar penerapan metode demonstrasi dapat berdaya guna, perlu diperhatikan syarat-syarat penerapannya sebagai berikut:
a)        Kegiatan pembelajaran bersifat normal, magang atau latihan bekerja
b)        Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak
c)        Guru, pelatih , instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang
d)       Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
e)        Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/ praktik yang kita laksanakan
f)         Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan
g)        Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi

4)        Batas-batas Metode Demonstrasi
Beberapa batasan metode demonstrasi yang perlu diketahui antara lain:
a)        Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat didemostrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa
b)        Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktifitas itu pengalaman ptribadi
c)        Tidak semua hal dapat didemosntrasikan di dalam kelompok
d)       Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata
e)        Jika setiap orang diminta mendemostrasikan maka dapat menyita waktu yang banyak dan membosankan bagi peserta lainnya

5)        Kelebihan Metode Demonstrasi
Beberapa kelebihan atau keunggulan metode demonstrasi yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini, yaitu:
a)        Mebuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
b)        Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
c)        Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
d)       Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
e)        Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
f)         Proses pengajaran lebih menarik
g)        Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan
h)        Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
i)          Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
j)          Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.

6)        Kekurangan Metode Demonstrasi
Seperti diketahui bahwa tidak ada satu metode sekalipun yang dapat mengatasi atau yang cocok untuk segala kondisi, karakteristik materi, karakteristik siswa, dan tujuan pembelajaran. Tidak terkecuali metode demonstrasi, juga memilki kekurangan, antara lain:
a)        Memerlukan keterampilan guru secara khusus
b)        Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
c)        Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang
d)       Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
e)        Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
f)         Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan

2.         Belajar dan Pembelajaran
Belajar menurut Gagne dalam Dimyanti (1994:9) bahwa :
Belajar merupakan suatu proses dimana organisme dapat berubah secara kognitif, afektif, dan psikomotor sejalan dengan pengalaman yang baru di alaminya. Proses belajar tidak hanya terjadi pada bangku sekolah, tetapi pada lingkungan dimana kita tinggal berpengaruh besar dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seorang pembelajar dapat bertingkah laku sesuai iklim yang diajarkan (Djafar,2001:2). Jadi kelanjutan dari  kegiatan belajar adalah pembelajaran. Dimana pembelajaran ini dapat berlangsung jika belajar berlangsung dengan optimal dan peserta didik dapat mengambil hikmahnya.
Dengan penerapan metode belajar maka proses pembelajaran sebenarnya juga merupakan interaksi antara siswa dengan tenaga pendidik (guru). Pencapaian pembelajaran dalam pengajaran reaksi antara pendidik dan peserta didik merupakan rangkaian proses yang saling mendukung

3.         Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis.  Untuk membuat keputusan prestasi individu banyak diperlukan keterangan yang relevan. Keterangan itu banyak diperoleh dengan pengukuran dan menggunakan alat ukur yang disebut tes. Proses pengukuran yang berkenaan dengan proses mengkonstruksi, mengadminstrasikan dan menskorkan tes (Oemar Hamalik, 2003:1).
Nana Sudjana (2002:22) menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Selanjutnya dia juga membagi keterampilan dalam tiga macam yaitu, 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, dan 3) sikap dan cita-cita.  Sedangkan menurut Gagne (1992:22) membagi 5 katagori dalam belajar yakni, 1) informasi ferbal, 2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom dalam gagne (1992:23) yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).
Hasil belajar seorang peserta didik biasanya dinyatakan dengan angka, untuk mendapatkan nilai tersebut dilakukan penilaian. Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, dengan kata lain tujuan itu adalah sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Penilaian kegiatan belajar dan nilai hasil dapat dilakukan dengan suatu alat evaluasi yang berupa tes.
Dari hasil evaluasi didapatkan berupa data kuantitatif, yakni angka-angka sebagai indikator yang mencerminkan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran. Angka atau bilangan numerik dalam hasil belajar disebut data mentah. Agar skor ini mempunyai nilai sehingga dapat ditafsirkan untuk menentukan prestasi peserta didik perlu diolah menjadi skor masak.        
Adapun tujuan penilaian menurut Arikunto (2008:7) adalah mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran karena telah menguasai meteri dan siswa mana yang harus mengulang materi palajaran, serta untuk mengetahui apakah metode yang di gunakan dalam pembelajaran setelah sesuai. Sudjana (2002:2) menjelaskan tujuan penilaian adalah untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan intruksional oleh siswa. Hasil belajar yang dikuasai sesuai target adalah 65% untuk individu dan untuk klasikal adalah 85%. 
Dalam menilai keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dilakukan di kelas dengan teknik evaluasi yang di lakukan oleh seorang pendidik, guna menilai keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran. 

B.       KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan maka dapat dijelaskan secara konseptal mengenai variabel dalam penelitian ini. Deskrpsi mengenai konseptual penelitian ini terlihat pada gambar berikut:
Hasil belajar
 
Metode demonstrasi
 
 



C.      HIPOTESIS PENELITIAN TINDAKAN
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ø Dengan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP) kelas X TITL di SMK N 1 Tilatang Kamang.


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN

A.      Metode Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Almash dan kawan-kawan (1998 : 2) PTK adalah salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional.
Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode demonstrasi dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
1.         Perencanaan
Menurut Arikunto (2000) rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, teratur yang akan diterapkan dalam penelitian, dan pandangan kedepan dalam sebuah tindakan. Dalam penelitian ini, perencanaan penelitian  yang dilakukan adalah:
Kegiatan awal
a.         Peneliti mempelajari silabus mata pelajaran yang akan diajarkan pada peserta didik. 
b.        Membuat modul bahan ajar tentang sub kompetensi yang akan diajarkan. 
c.         Menyampaikan tujuan pembelajaran kompetensi menggunakan hasil pengukuran (MHP) pada siswa dan memotivasi siswa dengan menetapkan standar kompetensi siswa sebagai tujuan akhir dari pembelajaran.
d.        Mengajukan pertanyaan pada siswa (seberapa dalam pengetahuan siswa tentang kompetensi yang akan dipelajari).
Kegiatan inti dalam proses pembelajaran
a.         Memberikan tes awal pada siswa tentang kompetensi yang akan diajarkan.
b.        Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
c.         Siswa melakukan pratikum tentang materi yang telah didemonstrasikan oleh guru.
d.        Siswa mendiskusikan hasil pratikum dengan teman sekelompoknya.
e.         Dianjurkan kepada siswa menarik kesimpulan setelah melakukan pratikum.
Kegiatan akhir
a.         Memberikan tes akhir setelah pembelajaran.
b.        Mengevaluasi kegiatan pembelajaran sebagai pedoman dalam pembelajaran selanjutnya.

2.         Tindakan
Tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan  secara sadar dengan perencanaan yang matang. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah aplikasi dari perencanaan yang telah direncanakan dalam perancanaan. Tindakan yang akan dilakukan adalah:
a.         Menjelaskan materi pelajaran secara umum
b.        Memberikan contoh dengan menggunakan media pembelajaran
c.         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
d.        Memantau siswa dalam pembelajaran dan memberikan arahan bila terjadi sesuatu kendala pada siswa
e.         Berdiskusi dengan siswa

3.        Pemantauan (Observasi)
Hal-hal yang dilakukan pengamatan meliputi:
Aspek Siswa
a.         Keadaan siswa dalam kelas ketika terjadi interaksi pembelajaran yang dilakukan.
b.         Keadaan siswa ketika melakukan pratikum.
c.         Keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan pada siswa lain ataupun kepada guru.
d.        Prilaku siswa dalam pembelajaran
Aspek Pembelajaran
a.         Kesesuaian perencanaan pembelajaran yang direncanakan
b.         Kondisi kelas saat pembelajaran
c.         Pelaksanaan evaluasi

4.        Refleksi  
Refleksi menurut Arikunto (2000:29) adalah mendapatkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan dan kemudian disajikan dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya. Refleksi berusaha memahami proses, masalah dan persoalan serta tindakan dalam tindakan strategi.  
Refleksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data secara kuantitatif (nilai-nilai siswa pada tes awal dan tes akhir) dan data secara kualitatif yaitu dengan menggunakan catatan-catatan pada lembar observasi. Dengan adanya kegiatan ini didapatkan sebuah hasil yang dapat disesuaikan dengan hipotesis serta titik tolak bagi pelaksanaan atau siklus selanjutnya. 

B.       Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang. Subjek penelitian ini adalah kelas X TITL dengan jumlah siswa 23 orang (21 orang siswa putera dan 2 orang siswa puteri). Peneliti mengajar 1 kali dalam seminggu yaitu hari Rabu dengan durasi pembelajaran selama 4 jam pelajaran yakni pada pukul 12.00 sampai 14.30 WIB.

C.      Jenis dan Sumber Penelitian
Seperti yang telah di jelaskan diatas, bahwa penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian tindakan kelas. Rencana penelitian direncanakan adalah seperti model penelitian yang dikembangkan oleh Lewin dalam Arikunto (1999: 83) dengan empat komponen pokok yang dapat menunjang langkah-langkah penelitian yaitu, (1) perencanaan, (2) tindakan; (3) pengamatan; (4) refleksi.
Jenis dan sumber data dalam penulisan ini adalah data primer yang berasal dari pengamatan langsung penulis di kelas sedangkan data sekunder penulis peroleh dari sumber-sumber informasi guru-guru yang mengajar di kelas.

D.      Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian tindakan kelas kali ini, yang dijadikan instrumen penelitiannya adalah soal ujian harian yang penulis lampirkan pada halaman lampiran. Selain itu juga dilakukan dalam bentuk observasi melihat catatan tiap-tiap siswa.

E.       Teknik Pengolahan Data
Sesuai dengan jenis dan tujuan penerlitian yang penulis lakukan, maka teknik yang penulis gunakan adalah :
1.         Aktifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dapat diperoleh dengan jalan mengamati langsung kegiatan siswa selama penulis menyajikan pelajaran dengan rumus:
Kehadiran tepat waktu: siswa yang tepat waktu×100%
                                                         Jumlah keseluruhan siswa

Ketidak hadir tepat waktu: siswa yang tidak tepat waktu×100%
                                                                 Jumlah keseluruhan siswa


Izin keluar selama pelajaran: siswa yang izin×100%
                                                           Jumlah keseluruhan siswa

Siswa yang bertanya: siswa yang bertanya×100%
                                       Jumlah keseluruhan siswa

Berbicara saat jam pelajaran: siswa berbicara dalam jam pelajaran×100%
                                                           Jumlah keseluruhan siswa

2.         Memberikan soal evaluasi berupa esai .
3.    Melakukan wawancara dengan guru pamong.
Untuk mengetahui keberhasilan penelitian digunakan ketentuan yang ditemukan oleh Arikunto (2002: 54) dengan persentase keaktifan sebagai berikut :
0-20% = kurang sekali
21- 40% = kurang
41-60 % = cukup
61- 80% = baik
81-100% = sangat baik

F.       Indikator Keberhasilan Tindakan
1.             Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila telah memenuhi kriteria penilaian 61-80% (baik).
2.         Hasil Tes
Tes ulangan harian siswa dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas pada  ulangan harian besar sama atau lebih besar dari KKM yaitu 70.00 dengan syarat nilai siswa yang mencapai KKM besar sama atau lebih besar dari ⅔ jumlah siswa keseluruhan.

 

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan di SMK N 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam, penulis memperoleh nilai awal standar kompetensi Mengggunakan Hasil Pengukuran (MHP) dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh oleh siswa yang jauh dari nilai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada daftar nilai siswa pada lampiran nilai siswa pada halaman lampiran. Banyaknya siswa yang tidak mencapai target KKM 7.0 berjumlah 17 orang, untuk siswa yang nilainya memenuhi KKM berjumlah 6 orang.
Tabel 1. Nilai ujian harian 1
No
Nama Siswa
Nilai UH 1
1
Abdurrahman
49
2
Agus Bakhtiar
60
3
Al-Fajri
45
4
Anggra Aulia
60
5
Asrial
63
6
Bobi Hermanto
53
7
Defri Putra Handika
77
8
Deri Amriadi
68
9
Eka Saputra
81
10
Fahrul Rozi
57
11
Frans Saputra
56
12
Gutdi Martono
64
13
Ikhwan Salim
58
14
Indra Ade Putra
85
15
Jefri
50
16
Joni Iskandar
54
17
Keykendra Efendi
44
18
Mhd.Sabir
52
19
Novia Riska
72
20
Rijalul Fikri
58
21
Taufiq Qurahman
53
22
Yoli Anggia Vadesta
73
23
Zaenal Efendi
70

Rata-rata kelas
61
                
Nilai Rata-rata Kelas = Jumlah Nilai Seluruh Siswa
        Jumlah Seluruh Siswa

Dari nilai awal tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir semua siswa nilainya belum mencapai target yang dinginkan, maka untuk menanggulangi hal ini peneliti beserta guru telah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi yang lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu juga dengan memberikan soal-soal kuis agar keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi lebih terbuka. Melihat dari hasil nilai siswa yang tidak mencapai target maka penulis beserta guru melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya yaitu siklus kedua.
Setelah dilakukan siklus kedua dengan pemberian metode demonstrasi yang lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam menanggapi atau bertanya dan melakukan, yang disini siswa akan dipilih secara acak untuk melakukan percobaan yang telah didemonstrasikan pada pertemuan sebelumnya, ini bertujuan agar siswa lebih mengerti tentang materi yang telah didemonstrasikan pada minggu sebelumnya. Maka setelah dipraktekan metoda demonstrasi tersebut, diharapkan nilai rata-rata kelas besar sama atau lebih besar dari KKM dengan syarat nilai siswa yang mencapai KKM besar sama atau lebih besar dari ⅔ jumlah siswa keseluruhan. Berarti disini dapat kita katakan bahwa telah tercapainya nilai rata-rata maksimal hasil belajar dengan metode demonstrasi pada siklus kedua. Maka penulis dan guru menarik kesimpulan bahwa penelitian ini sudah dapat dikatakan selesai dan berhasil.
Adapun hasil dari evaluasi pada siklus kedua adalah :
Tabel 2. Nilai ujian harian 2
No
Nama Siswa
Nilai UH 2
1
Abdurrahman
60
2
Agus Bakhtiar
62
3
Al-Fajri
64
4
Anggra Aulia
74
5
Asrial
70
6
Bobi Hermanto
76
7
Defri Putra Handika
78
8
Deri Amriadi
70
9
Eka Saputra
84
10
Fahrul Rozi
74
11
Frans Saputra
58
12
Gutdi Martono
66
13
Ikhwan Salim
72
14
Indra Ade Putra
87
15
Jefri
57
16
Joni Iskandar
62
17
Keykendra Efendi
72
18
Mhd.Sabir
77
19
Novia Riska
92
20
Rijalul Fikri
72
21
Taufiq Qurahman
67
22
Yoli Anggia Vadesta
90
23
Zaenal Efendi
77

Rata – rata kelas
72,22

Siklus Penelitian
(Tahap/Siklus I)
1.         Perencanaan
Perencanaan jadwal pelaksanaan tindakan dilakukan pada hari Rabu pukul 12.0014.30 WIB. Pada pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu  Tanggal 19 Oktober 2011, mata diklat yang dibahas dan merupakan mata diklat penelitian adalah menguasai materi pelajaran Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP). Sub bahasan yang dipelajari adalah semua yang mencakup tentang alat ukur dan pengukuran listrik. Yang menyampaikan materi pembelajaran adalah peneliti yang didampingi oleh guru mata diklat dan sekaligus sebagai observer.
Tabel 3 Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Memberikan tes awal
Memberikan tes dan mengawasinya
Mengerjakan tes secara pribadi
Materi
Menjelaskan materi dengan metode demonstrasi  pada siswa
Memperhatikan dan mencatat, bertanya bila diberi kesempatan
Kelompok
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan yang telah didemonstrasikan.
Melakukan percobaan dan bertanya jika ada yang tidak mengerti

Menyimpulkan
Bersama siswa menyimpulkan hasil percobaan.
Bersama guru menyimpulkan hasil percobaan
Tugas membuat kesimpulan dan analisa
Menjelaskan tugas
Mendengarkan dan bertanya bila kurang jelas.
Proses pembelajaran yang diterapkan adalah proses pembelajaran demonstrasi didalam kelas melibatkan semua siswa di dalam kelas. Dalam kelas siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang bertujuan untuk memudahkan siswa melakukan percobaan yang telah didemonstrasikan. Siswa diberi kebebasan untuk bertanya jika ada yang kurang mengerti, dan dalam situasi ini guru hanya berperan mengawasi siswa dalam melakukan percobaan,dan memberikan solusi dan saran atas keraguan siswa dalam melakukan percobaan.


2.         Pelaksanaan (Action)
Dari perencanaan yang telah ditetapkan, proses pembelajaran dilakukan dengan membuat kesepakatan berupa aturan-aturan yang harus disepakati bersama, aturan ini dibuat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan tertib. Kemudian dilanjutkan menjelaskan materi pelajaran menggunakan media pembelajaran. Selanjutnya, terakhir guru bersama siswa secara bersama-sama menarik kesimpulan terhadap materi pelajaran yang telah dibahas dan guru memberikan tugas rumah yang berfungsi untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran siswa yang telah dilaksanakan.

3.         Observasi
Observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung semua yang terjadi terlihat sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya walau terdapat beberapa hambatan namun semua itu dapat diatasi atas oleh guru dalam pembelajaran tersebut.

4.         Refleksi
Keberhasilan tindakan pada tahap pertama ini belum sepenuhnya optimal dimana yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru pada saat appersepsi hanya siswa yang sering aktif dalam pembelajaran dan memiliki keberanian untuk itu. Untuk yang selanjutnya guru akan terus memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam melakukan percobaan dan menampilkannya di depan kelas. Serta memberikan kesempatan pada siswa yang belum memiliki keberanian untuk maju ke depan kelas untuk dapat melakukan percobaan dengan baik walaupun belum sempurna.
Pada pemberian latihan yang dilakukan sudah mulai tampak kemajuan yang dihasilkan oleh siswa walaupun hasil yang diperoleh itu masih belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan oleh guru. Hal ini merupakan kemajuan positif yang ditunjukkan oleh siswa sebab dengan tindakan yang dilakukan sudah mulai terjadinya perubahan pada diri siswa meskipun belum maksimal.

     (Tahap/Siklus II)
1.         Perencanaan (Planing)
Melihat belum optimalnya hasil yang didapatkan pada tahap I dengan melihat rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan sebagai titik tolak untuk mengembangkan pola pembelajaran. Melihat hasil yang dicapai dan observasi yang dilakukan pada tahap I, maka direncakan tahap ke II yang dilaksanakan  dengan rencana pembelajaran yang lebih kompleks dan tetap mengunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran. Hanya pola pembelajaran dalam kelas yang mendapatkan perbaikan sebagai upaya memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada tahap I.



2.         Pelaksanaan (Action)
Pada revisi tindakan dalam siklus kedua ini dilakukan seperti yang ada pada tindakan siklus pertama namun yang perlu ditambahkan adalah setiap siswa mendapat giliran untuk melakukan percobaan yang telah didemonstrasikan pada pelajaran minggu lalu dan bagi siswa yang tidak dapat melakukannya tidak diizinkan untuk mengikuti pelajaran. Hingga nantinya dapat dicapai dengan baik tujuan yang telah ditetapkan karena dengan begitu keberhasilan belajar siswa akan terlihat lebih jelas dan dibutuhkan kerja keras dan waktu yang cukup, namun yang terpenting adalah bagaimana ketuntasan hasil belajar itu dapat tercapai.
Pada pengevaluasian nantinya guru juga melakukan latihan dengan waktu yang ditetapkan oleh guru serta ditambah dengan sedikit ganjaran. Dengan cara seperti ini banyak siswa yang berusaha untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Usaha siswa tersebut terlihat dengan adanya siswa yang membuka-buka buku paketnya, membuka catatannya, atau bertanya pada temannya yang lain yang lebih memahami. Dengan begini semua siswa dapat aktif belajar dan mengikuti proses pembelajaran dengan optimal.

3.         Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan pada tahap ke II dilakukan mencakup aktivitas siswa dalam bertanya, memperhatikan dan menjawab pertanyaan serta memberikan tanggapan dan sanggahan. Hasil pengamatan pada siswa didapatkan peningkatan yang cukup berarti dan meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar.

4.           Refleksi
Melihat hasil yang diperoleh pada tahap ke II baik pada aktifitas siswa secara individu maupun dari hasil belajar siswa telah terjadi peningkatan dan masuk dalam kategori  ketuntasan hasil belajar. Sesuai dalam komitmen sebuah penelitian tindakan kelas dan telah mencapai standar ketuntasan hasil belajar, maka siklus dalam pembelajaran dapat dihentikan. Dengan demikian siklus pada penelitian tindakan kelas ini hanya terdiri dari 2 tahap dan dinyatakan berhasil.

C.      Pembahasan
Berdasarkan siklus yang telah dilakukan berdasarkan observasi yang dilakukan maka, diperolehlah hasil sebagai berikut :
1.         Siklus pertama
Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa maka diperoleh lah data sebagai berikut :
Tabel. 4 Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa
Ada
Pers (%)
Tidak
Pers (%)
Hadir tepat waktu
14
60,86
9
39,14
Bertanya
3
13,04
20
86,96
Berbicara tanpa memperhatikan pelajaran 
13
56,52
10
43,48
Meminta izin keluar  saat belajar
6
26,08
17
73,92
Menanggapi  
5
21,73
18
78,27
Dilihat dari aktivitas siswa secara individu terutama pada kehadiran siswa, persentse kehadiran siswa yang hadir tepat waktu sementara 60,86% dan tidak hadir tepat waktu 39,14%. Sedikitnya siswa yang bertanya hanya 3 orang siswa dengan persentase sebesar 13,04% pada empat jam pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kurang baik. Hal ini diperkuat dengan  banyaknya siswa yang berbicara tanpa memperhatikan materi pelajaran yaitu sebesar 56,52% dengan jumlah siswa 13 orang.
Kuranganya gairah dalam pembelajaran ditunjukkan pada banyaknya siswa yang diam baik saat guru menyampaikan materi pemebalajaran, diskusi dengan siswa, dan diskusi siswa dengan guru yaitu sebanyak 18 orang siswa dengan persentase 78,27% dan hanya 5 orang siswa yang menanggapi usul atau pertanyaan dari guru dengan persentase sebesar 21,73%. Hal tersebut juga berakibat pada nilai tes lisan yang diperoleh siswa, yang hasilnya tidak memuaskan yang dapat dilihat pada lampiran nilai siswa pada halaman lampiran.
2.        Siklus kedua
            Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa maka diperoleh lah data sebagai berikut :
Tabel. 5. Aktifitas Siswa
Aktivitas siswa
Ada
Pers (%)
Tidak
Pers (%)
Hadir tepat waktu
19
82,61
4
17,39
Bertanya
10
43,47
13
56,53
Berbicara tanpa memperharikan pelajaran 
8
34,78
15
65,22
Meminta izin keluar  saat belajar
4
17,39
19
82,61
Menangapi  
11
47,82
12
52,18
   Kehadiran siswa mencapai hampir 100%. Dimana persentase yang hadir tepat pada waktunya adalah 82,61% dan keaktifan siswa  untuk bertanya sebesar 43,47%. Motivasi belajar yang lebih baik diperlihatkan pada sedikitnya siswa yang meminta izin keluar, sementara itu jumlah siswa yang menanggapi baik pertanyaan  teman dalam satu bangku atau pertanyaan guru mengalami peningkatan 11 siswa dengan persentase 47,52%. Demikian juga dari nilai yang diperoleh siswa, setelah dilakukan tes lisan yang kedua banyak dari siswa dapat menyimak pelajaran dengan baik. Yang dapat dilihat pada tabel daftar nilai pada halaman lampiran.
 Adanya perbaikan pada proses pembelajaran tersebut didapatkan peningkatan hasil belajar. Sementara pada aktifitas individu juga terjadi peningkatan, dimana sebelumnya jumlah siswa diam adalah 18 orang kini menyusut menjadi 12 orang dan tingkat keaktifan siswa dalam megemukakan jawaban atau tanggapan dalam proses pembelajaran, dari 78,27% menjadi 52,18%. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 26,09%. Melihat keberhasilan yang telah ditunjukkan, maka pola pembelajaran demonstrasi  benar-benar mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
 Jadi disini dapat disimpulkan dari siklus kedua yang dilakukan hasil belajar yang dicapai siswa telah mencapai standar yang ditetapkan oleh guru. Maka guru bersama penulis membahas mengenai penelitian yang telah dilakukan yang dimulai dari siklus pertama sampai pada siklus kedua, serta kekurangan-kekurangan yang ada selama diadakannya penelitian ini dan solusi yang telah diberikan dan langsung dijalankan. Maka penulis dan guru sepakat untuk dapat mengakhiri penelitian ini.




















BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, diperoleh gambaran sebagai berikut :
1.         Menggunakan metode demonstrasi dengan media yang sesungguhnya dapat meningkat kan hasil belajar siswa karena dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa serta dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
2.         Pemberian pujian terhadap siswa pada saat pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga aktivitas siswa dalam belajar meningkat.
3.         Pemberian latihan terbimbing kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan latihan selama kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X TITL SMK N 1 Tilatang Kamang Kabupaten Agam.

B.       Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1.         Dari permasalahan kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar atau menerima pelajaran kita perlu memberikan variasi pembelajaran kepada siswa seperti menggunakan metode demonstrasi dengan lebih intens.
2.          Membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa dengan melakukan pendekatan dan wawancara dengan mereka.
3.         Dari pihak sekolah juga harus memperhatikan sarana dan prasarana sekolah seperti alat-alat praktikum, ketersedian buku bacaaan dan suasana ruang belajar yang nyaman sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar, disamping itu guru juga harus mampu menciptakan hubungan guru dan siswa yang harmonis dan tidak kaku sehingga fakta selama ini bahwa sebagian siswa takut dengan guru dapat dikurangi.

















 
DAFTAR PUSTAKA

Almash, Lutfiah. Dkk. 1992, Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Padang :
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA IKIP Padang.
Arikunto, suharsimi.1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Tarsito.
Arikunto, suharsimi. 2000. Metode Statistik. Jakarta: Tarsito.
Depdiknas. 2004. Pengembangan Kurikulum Dan Panduan Silabus Pembelajaran  Jakarta.
Djafar. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 
Hamalik, Oemar 2003. Kurikulum dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hudoyo. 1996. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia. 
Ibrahim. 2000. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Jakarta: Elex media Kopetindo.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Madya. 1994. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta 
Purwanto, Ngalim. 1991. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Rosdakarya.
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demikrasi. Jakarta: Pranada Media.
Sidi, Indra Jati. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta. 
Slameto. 1991, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rinika Cipta.
Sujana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing





Tidak ada komentar:

Posting Komentar